Puisi: Sri
Harjanto Sahid
RINDU BERGUGURAN
Gadis cilik berbaju biru
Menyunggi kepedihan di
bawah bulan
Dan serigala hitam kelam
Menunggu di balik batu
Ada kenangan lepas
menghilang
Dipeluk kepekatan derita
malam
Dan rindu pun berguguran
Hanyut di kemusnahan waktu
Tak
terbaca,
Apa pun
yang dicatat senja
Membekas di sungai air
mata
Mungkin gunung jiwa
longsor
Menjadi
dataran kekosongan
Luas
bagai lembaran kertas
Tanpa
tulisan secoretan pun
Hanya
cahaya,
Mempertandakan pembuyaran
makna
Kebisingan tiada bunyi dan
suara
Serta keganjilan yang
menghujam
Di kelopak mata: mata
dunia!
Yogya, Juli 2014
Puisi: Sri
Harjanto Sahid
BADAI HENING
Badai membeku dalam liang
ular kecil beringsut
melepas kulit
Di tanah lapang: senja
memucat
Di sudut kamar kucing
mendekam
Berdialog dengan cicak di
atap
Ketegangan menggigilkan
jam dinding
Udara menguarkan bau mayat
Yang membusuk seribu tahun
lalu
Lalu
ketololan terus terpelihara
Menihilkan
kehangatan intuisi
Dan rahasia kalbu yang
terbuka
Kekecewaan menebal
mendinding batu
Mengurai bayang bayangan
kelabu
Jiwa pun hangus dipanggang
api
Sementara sunyi melepas
raga
Kebajikan cuma sekadar
kata
Yang telah kehilangan
makna
Yogya, Juli 2014
Puisi: Sri Harjanto Sahid
KUBURAN
MASA LALU
Mungkin
akan datang badai daun
Menerjang
bukit-bukit jiwamu
Mungkin
kau ketakutan bersembunyi
Di
sebuah rumah tanpa dinding
Atau di
tanah lapang penuh cahaya
Atau
bisa jadi badai ketonggeng
Mengubur
bangunan masa lalu
Sekaligus
cinta tak sempurna
Mungkin
akan turun hujan pertanyaan
Mungkin
akan sembunyi semua jawaban
Mungkin akan memutih semua
mimpi
Mungkin akan dinolkan
kemungkinan
Kau menggigil di batas
kemanusiaan
Menatap mata sendiri pelan
mengabur
Sedangkan kegulanaan kian
membakar
Di mana mencari rahasia
yang hilang?
Ke mana kegalauan mesti
dilabuhkan?
Yogya, Juli 2014
Puisi: Sri
Harjanto Sahid
MENCARI MASA LALU
Hujan turun di lembah kalbu
Membasahi kemarahan
Dan rindu
Sukma terserang influenza
Kejang melawan alpa
Di mana rumah?
Dusta masa lalu
Menggadai omong kosong
Tidur tak sampai
Gentayangan bagai kampret
Membaca rahasia malam
Pagi tak terjawab
Segalanya samar
Gulana,
menyisir batas kemungkinan
yang mustahil
Hidup seperti pasar hantu
Serba semu, luka membiru
Dunia asin dan bacin
Kematian;
hanya tidur tak abadi
Yogya,
Feb. 2014
Puisi: Sri
Harjanto Sahid
PUISI TAK SAMPAI
Puisi yang pucat pasi
Gemetar merahasiakan makna
Terbaring di atas tanah
Menggumamkan kata kata kata
Tak tersusun kalimat
Gelap semata
Darah membercak indah
Di kening tipis
Melelehi mata yang sempurna
Lalu segores luka
Menghias sudut bibir
Melunaskan perihnya derita
Lalu selapis tanya
Menabir permukaan wajah
Menyembunyikan;
yang tak sampai
yang tak selesai
yang renyai
Lalu hujan menghapusnya
Melarutkan semua makna
Ke selokan tua
Yogya, Feb. 2014
Puisi: Sri
Harjanto Sahid
PENGKHIANATAN
Jarum jam mendadak patah
Menghentikan waktu dan pengasingan
Setitik nyeri membekas
Di jantung hari
Tak ada yang pergi
Pengkhianatan cuma prasangka
Menikam diri sendiri
Yang kehilangan dusta
Sementara,
duka mulai mengabadi
Binatang ajaib berkeliaran
Mengejar-ngejar mangsa
Di hutan batin sendiri
Matanya mencorong
Taringnya berkilau
Cakarnya mengembang
Jahat dan kelaparan
Siap mencabik-cabik waktu
Membunuh menelan waktu
Seutuhnya, bulat-bulat
Tak ada yang hilang
Selain yang melaknat
Yogya, Feb. 2014
Puisi: Sri
Harjanto Sahid
PENCURI WAKTU
Bulan sembunyi di saku
Jalanan mati
Kaku
Siapa mengumpat di sudut gelap?
Anjing menggonggong dalam telinga
Pencuri waktu tergeletak
Lehernya tersayat
Fajar memucat
Terbirit
Siapa memanah langit?
Siapa membakar teka-teki?
Siapa mengubur hantu jawaban?
Setiap kali melangkah
Hanya menziarahi diri sendiri
Tak ada daratan persaudaraan
Yang menawarkan air mata
Dan memutus ruang hampa
Hanya belati berkarat
Mengancam jantung
Semesta diam
Berdebar,
mengisyaratkan akhir kelahiran
Yogya, Feb. 2014
Puisi: Sri Harjanto Sahid
MENGGAMBAR PETA
Terkapar di ranjang
Lelah menyetubuhi bayangan
Memetakan jejak cinta
Yang sunyi membusuk
Di puncak ingatan
Yogya, Feb. 2014
Puisi: Sri
Harjanto Sahid
PENCERAHAN
Tersesat dalam napas-Mu
Beribu-ribu kali,
meninju dinding semu
Bertubi mencakar wajah-Mu
Yogya, Feb. 2014
Puisi: Sri
Harjanto Sahid
KONTEMPLASI
Waktu mendinding batu
Yogya, Feb. 2014
No comments:
Post a Comment