Puisi:
Sri Harjanto Sahid
KERETA
KEMATIAN BERKELONENGAN
Terlepas
sudah. Gelap. Gelap. Tersihir kalimat
Kegundahan
melelapkan segala prasangka baik
Misteri
suara kalbu bertukar pengertian semu
Lenyap
keanggunan. Berpudaran makna kata
Di
tikungan pertemuan senja perlahan membatu
Di
kesangsian diri pupus sudah kenangan indah
Yang
berserakan terberai dilanda badai rindu
Sunyi
meranggas. Gulana. Harga diri tertidur
Biar
saja tak kembali. Dilupakan usia senja
Kereta
kematian berkelonengan dari pojok jiwa
Yogya,
Agustus 2014
Puisi:
Sri Harjanto Sahid
PUISI
YANG SEKARAT
Bintang
pagi berjatuhan ke dalam gelas retak
Di
meja: kopi basi berlelehan jatuh ke lantai
Kehampaan
mengambang. Badai terlelap di kasur
Apa
lagi yang mesti diungkap melalui puisi?
Seribu
puisi sekarat di atas bantal basah
Luka
jiwa nganga menjelma bunga plastik
Yang
dibuai teka-teki senantiasa merenjana
Apa
lagi yang perlu dilupakan di kesenjakalaan?
Yogya,
Agustus 2014
Puisi:
Sri Harjanto Sahid
ANJING,
REMBULAN DAN TUHAN
Orang-orang
berderap sepanjang jalan raya
Gemrenggeng
memuntahkan dendam dan ketakutan
Anjing-anjing
menggonggong menyerbu rembulan
Berhamburan
bagai biji jagung yang ditebarkan
Orang-orang
berlarian saling silang bertubrukan
Anjing-anjing
menggasak bokong dan kemaluan
Ikan
paus raksasa yang berenang di angkasa
memancurkan
air dari punggung yang terluka
Siapakah
yang membanting bayi di kegelapan malam?
Siapa
yang menggantung malaikat di ujung dongengan?
Siapakah
yang menikam jantung Tuhan dengan belati
berkarat
di pusat keheningan pikiran dan
mencetak
tubuhnya pada lempengan uang logam?
Orang-orang,
anjing-anjing, dan ikan paus raksasa
menggelepar-gelepar
sekarat dikhianati rembulan
Siapa
yang perlahan-lahan berkarat di angkasa?
Siapa
yang memelihara badai air mata di
pusat
keheningan pikirannya dan membiarkan
Tuhan
kesepian dikelilingi malaikat-malaikatnya?
Siapakah
yang memeluk kematian sepenuh rindu?
Yogya,
Agustus 2014
Puisi:
Sri Harjanto Sahid
GADIS
BERMULUT TERKUNCI
Di
perempatan jalan peradaban yang riuh
gadis
itu bersimpuh memandang bulan
Keningnya
berdarah. Mulut terkunci
Hantu
kecil melompat dari matanya
Membawa
obor merah membara
Lalu
membakar seluruh kota
Yogya, Agustus
2014
No comments:
Post a Comment