(Kumpulan Puisi) Sri Harjanto Sahid - TANA PASER

Puisi: Sri Harjanto Sahid

TANA PASER TEMPATKU TERLAHIR

Menjaring angin di kedai kopi Tana Paser
Kusendok bayangan bulan di dalam cangkir
Kubisikkan rahasia sukmamu
Rindu menikam masa lampau
Di pojok sejarah bermata gelap
Tak terjumpai bahasa kecuali cinta
Keramahan mencairkan batu mimpi
Apalagi mesti kukatakan tentangmu?

Kutempuh lautan waktu yang menyala
Kudidihkan kegalauan senyapnya kalbu
Lagu puisi terlantun menghampar senja

Yang dilupakan cinta kembali menemu cahaya
Yang dikhianati mimpi tak lagi merasa sendiri
Kesedihan menguburkan segala pertanyaan
Di mana kurebut kasih semesta? Selain di sini?
Ke mana kupertakhtakan jiwa? Bukankah di sini?

Tana Paser kusebut namamu berulangkali
Bayangan bulan berlayar di samudra pikiran
Kureguk kopi dan kugumamkan selapis puisi
Kubungakan rindu dan pesona kelembutan
Kuusap wajahmu yang tidak terjangkau
Langit peraduan menggenapkan cerita
Harapan memekat di keheningan jagat
Di kelak hari saat kelahiranku kembali
Kuingin tergolek di pangkuanmu abadi

                                                Yogya, 2014


Puisi: Sri Harjanto Sahid

PENCERAHAN DI TANA PASER

Akhirnya kapalku singgah di pelupuk matamu
Menjelang kesembuhan luka menganga jiwaku
Bertaburan bunga-bunga cahaya semesta
Kutaruh mahkota duriku di jalan raya
Di mana rumah masa depanku berada?

Barangkali masa silam sekadar misteri
Cukup disimpan di senja keheningan hati
Sembari membaca kepenatan mataku sendiri

Barangkali teruntai makna semua kesedihan
Kutaruh mimpi dan penyesalan di atas piring
Menampar angin kemilau dalam hening
Yang terucap melenyap di pusat ingatan

Waktu bergetar hangat menggelenyar
Pertanyaan sunyi terjawab tanpa muara
Tanah Paser mendesah dan mendesah
Membungkus dendam dan harga diri


Di mana kebenaran zaman bersembunyi?
Di hutan mana wajahMu menghilang?
Aku bergumam, bergumam, bergumam
Tana Paser memahkotai kesemestaan jiwaku
Yang pergi biar ditelan Sang Naga Waktu
Yang terpeluk tak bakal kulepas pergi
Tana Paser menggenapkan lunasnya kesadaran
Hanya keikhlasan diri untuk meniada saja
Kesempurnaan terangkai jadi sekuntum bunga

                                                Yogya, 2014


Puisi: Sri Harjanto Sahid

SENJA DI TANA PASER

Kutitipkan segala deritaku di sini
Melupakan teka-teki abadi
Dan langit teduh mengambang
Tana Paser bergumam pelan
Hanya yang bernama cinta
Merahasiakan,
jejak dan bayangan

                        Yogya, 2014


Puisi: Sri Harjanto Sahid

DI TANA PASER REBAH JIWAKU

Melintasi hamparan laut bagai kaca raksasa
Merpati hitam terbang sayapnya terbakar
Hati tertikam panah asmara beracun
Mempersudah seribu makna terbelah
Kesalahan menjelma bayangan kelam
Hidup, kekosongan, dan harapan
Tergenggam teka-teki abadi

Di hutan gelap Sang Surya tertidur
Waktu membatu dan angin membeku
Mimpi menggerakkan irama semesta

Sungai menggeliat bagai naga raksasa
Galau seperti taifun seperti prahara
Memperhitam hari dan hara dan luka
Kesementaraan menjelma jalan panjang
Duka dunia, hanya, duka dunia

Pintu mana mesti dipilih?
Intuisi dan naluri terperdaya
Kegamangan menjadi mahkota
Bahasa merahasiakan makna
Tana Paser padamu bertanya

Kesinggahanku mengurai kekusutan kenangan biru
Di matamu Tana Paser kurebahkan rindu jiwaku
Kucatat segala perjalanan gaib tak berujung
Kehormatan duduk di tengah bunga cahaya

                                    Yogya, 2014


Puisi: Sri Harjanto Sahid

LAGU DUKA TANA PASER

Mungkin kita tak akan pernah lagi bertemu
Kudekap tubuhmu yang tak berbentuk
Kesenduan menghanguskan kenangan
Duka memperkaya budi
Mungkin waktu berlari perlahan
Penyesalan menyempurnakan sejarah yang hilang
Tana Paser menggelombang dalam keresahan


                                                Yogya, 2014

No comments:

Post a Comment